Jumat, 16 April 2010

SOSIALISME SEJATI

Sosialisme sejati adalah agama sejati. Bila orang-orang beragama sungguh-sungguh religius tentulah masyarakat sosialis itu telah terwujud. Namun senyatanya kita adalah masyarakat beragama sebatas kulit-luar, sebatas label. Kepercayaan kita hanyalah tumpuan harapan; hanyalah tiang sandaran bagi kita untuk berpegang, untuk berlindung. Hal ini tidak memiliki dasar moral yang kuat yaitu kemurnian, ketulusan dan kejujuran. Landasan sosialisme adalah moral, demikian juga agama sejati dilandasi oleh moral, cinta-kasih. Bila hal ini menjadi landasan dari tindakkan hidup kita maka tentulah tak’an terjadi masalah, kekacauan dalam kehidupan kita bernegara. Tak’an ada kasus Bank Century maupun kasus-kasus yang lainnya.

Pemikiran sosialisme berawal dari hakekat sejati manusia yaitu kemurnian dirinya. Demikian juga agama sejati adalah usaha manusia untuk kembali pada jati dirinya yaitu kemurnian dan keheningan. Dari kecerdasan manusia melihat hakekat dirinya, muncullah sosialisme. Sosialisme sejati bukanlah sekedar wanaca, namun adalah tindakkan dari kepekaan hakekat hidup itu sendiri. Dan sosialisme kemudian menjadi suatu konsep, suatu ideologi untuk mencapai bagaimana masyarakat manusia dapat hidup dalam kesejahteraan dan kedamaian bersama-sama.

Bila kita menengok awal peradaban manusia, tiada sesuatu pun yang menjadi hak milik pribadi. Bila kita jujur dan mau bertanya pada diri sendiri; yang manakah didunia ini milik diri kita? Bagi yang beragama tentu paham bahwa semuanya termasuk dirinya adalah milik tuhan, bukan? Namun karena kita tak pernah mempertanyakan, menyimak secara mendalam, maka kita mengklaim sebagai milikKU. Dari sinilah awal semua penderitaan umat manusia. Keserakahan, pengejaran, persaingan, pertarungan, permusuhan, kebencian dan kecemasan tiada akhir. Walau kita memiliki sejuta tuhan; pergi setiap hari sembahyang ke-Gereja, ke-Mesjid, ke-Pura atau kemana-pun yang lainnya tiadalah bermanfaat, selama didalam diri kita memelihara hal-hal sangat bodoh ini, bukan?

Awal peradaban, manusia hidup bersama-sama, bekerja, berburu, menangkap ikan dan berbagi bersama atas hasil yang ada. Mereka hidup dalam kemurnian dirinya; tak ada keserakahan, tak ada persaingan, tak ada kebencian. Mereka hidup hanyalah hidup. Inilah sosialisme sejati, inilah agama sejati. Pada tahun-tahun 1950an, pagi-pagi saya akan pergi kerumah tetangga membawa serabut kelapa atau daun kelapa yang kering untuk meminta api. Tahun-tahun ini korek api sangat langka. Orang sekampung berbagi api dari satu sumber bara-api. Bukan hanya berbagi api, namun kadang mereka juga berbagi bahan makanan, atau masakan yang telah mateng. Orang-orang kampung yang berlebih akan berbagi beras, garam, ubinya kepada yang tak punya. Apakah landasan dari tindakkan mereka ini? Sudah barang tentu adalah kemurnian dari hakekat dirinya yaitu kejujuran dan ketulusan. Walau mereka tak tahu apa itu sosialis, apa itu agama, apa itu moral, namun tindakkan mereka senyatanya bermoral. Inilah sosialisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar